Pages

Thursday, April 02, 2009

Topik dalam Jenuh? Tidak ada..

Hujan turun deras. Aroma khas-berbau debu dari tanah basah-terangkat ke udara, masuk ke penciumanku. Mengingatkanku pada rumah, dengan intensitas hujan yang sangat sering di Bangka, aroma seperti ini sering muncul. Menenangkan jiwa.
Saya sendirian saja di kamar, menyusun postingan kali ini (akhirnya!). Sambil mengingat-ingat kembali rentetan aktivitas sepanjang bulan ini, tema besar seharusnya adalah seputar penyelesaian skripsi. Sebelum akhirnya berubah jadi tema-tema lain. Ahh, anda tau-lah. Sesuatu bernama ketidak konsistenan itu...

Minggu-minggu ini saya tidak teralalu antusias membaca topik berat. Mungkin sedang jenuh. Alih-alih menyelesaikan beberapa buku ekonomi ideologis dari daftar bacaku, saya memilih topik-topik ringan yang cukup menghibur dan yang paling penting, menjaga paradigma kritis memandang hidup ini.

Ada beberapa judul baru yang cukup asyik dapat saya temukan, diantaranya ”Memoar Seorang Filosof” karya Bryan Magee. Dan sebuah buku yang bercerita tentang bagaimana hormon mempengaruhi seorang aktris terkenal yang sekaligus seorang istri dan ibu, Brooklyn Shields. Bukunya berjudul ”Pospartum Depression” kalo ga salah. Saya pikir layak anda jadikan raferensi untuk bacaan ringan. Keduanya cukup inspiring. Selain itu, saya juga menambah koleksi bacaan bernuansa feminis, kali ini berupa karya fiksi (novel) 634 halaman berjudul ”Brick Lane” karya Monica Ali. Tidak bisa dibohongi, buku ini menururt saya sarat dengan nuansa feminis, dengan mengangkat kisah (fiktif) seorang gadis belia dari desa Mumbay-India, bernama Nazneen. Kelak di akhir cerita, Nazneen yang tadinya sangat lugu dan dan cenderung pasif, bahkan tidak menikmati pernikahannya, bermetamorfosis menjadi istri dan ibu yang cerdas, dan berhasil menyelamatkan bahtera pernikahannya. Dari hidup yang awalnya membosankan (Sungguh! Saya sampai betul2 bosan membaca bagian2 cerita ini, seolah tak terbayangkan bagaimana hambarnya hidup Nazneen. Saya skip sampai beberapa bab saking bosannya) sampai pada kebahagiaan di akhir cerita. Unsur paling kental dari feminisme tertuang dalam ide kesetaraan peran (gender). That is all about.

Anyhow... Saya malah jadi menyoroti latar belakang ”Brick Lane” yang settingnya di sebuah daerah kumuh di India bernama Mumbay. Awal Maret lalu, anda pasti tahu, sebuah film dari negri ini (juga berlatar cerita di Mumbay) ”Slamdog Millionaire” telah meraih delapan piala oscar. Ada apa dengan Mumbay??. Ide film itu sangat sederhana sebenarnya, tentang keberuntungan. Thats it! Tidak banyak unsur edukasi dan nilai moralnya. Selain karena idenya yang mungkin fresh, latar budaya ekses dari kemiskinan penduduk negri tersebut-juga secara blak-blakkan dipamerkan pada dunia. Orang Hoolywood bisa jadi senang dengan yang beginian, jadilah dengan gegap gempita delapan oscar mereka (Slamdog Millionaire Crews) boyong pulang.

Hey... lihatlah, saya jadi malah mengajak anda ngobrol ga penting. Ha3...
Memang benar, saya sedang tidak punya topik khusus. Saat ini bagaikan ada benang kusut dikepala saya. Mengurainya satu persatu adalah proses yang tidak mudah, dan kadang saya begitu letih bermain-main dengan pikiran saya sendiri. Saya memaksakan diri untuk tidak hanyut dengan itu semua.

Jika kalimatullah itu adalah hujjah, maka semua interksi dan koneksi di alam semesta ini adalah terjemahannya.
Dan jika semua ini terlalu membingungkan, tugas kita adalah menemukan jawabannya. Apapun caranya!

Hujan mulai berhenti, menyisakan tetes-tetes air dari ujung genting, dedaunan, dan tempat mana saja yang kuyup diguyurnya sedari tadi. Saya masih dikamar, kali ini ada yang ringan dikepalaku. Beberapa pesan Ny.Sukab masuk, mengingatkan saya tentang agenda-agenda, tawaran ke luar kota, dan kesibukkan yang menanti akhir minggu ini. Lihatlah, saya memang tidak punya ruang untuk meaningless stuff. Seharusnya saya ingat itu baik-baik. Dan akhirnya beranjak, sebelum Ny.Sukab menunggu terlalu lama untuk acara sore ini. Ada banyak agenda rupanya...

No comments: