Pages

Saturday, June 13, 2009

Something lovely named Lala

Lala is something cute when she was a baby
Is anything pertaining to lazy
Is annoying when she got dizzy

But she also is someones nice to have a talk with
Someones great to have a battle with
Someones cool to make a friend with

It is more than just a pride to have her in family
It is a blessful gift



Lala, gadis belia yang aktif ini telah melengkapi aku dan Bunna, yang tadinya duet at home menjadi the trio. 16 tahun, black-messy-look hair, rebel style, and chilled.

Anggota rumah-termuda ini hampir selalu terlihat asyik dengan sesuatu. Bola basketnya atau tali skipping. Buku atau laptop. Kuas atau pensil warna. Tiba2 di dapur sibuk dengan apple pie, terkadang puding. Atau seharian di kamar saja bekerja dengan laptop, memasang headset ke telinganya sampai2 mumy tidak bisa menyuruhnya pergi ke warung. Belum lagi jadwal hariannya mulai dari sekolah, les, eskul, mengaji, sampe hang out bersama kawan2nya. Lala dan masa belia yang sedang dilaluinya, menjadi cerita yang tidak habis2.

Menggandeng tangan Lala saat berjalan di keramaian adalah hal yang menyenangkan. Dan aku membayangkan, kalau tidak ada Lala, akan sebeda apakah semua kenyataan tentang aku dan Bunna. Apakah kami akan menjadi sebagaimana diri kami hari ini?. Apakah akan menyenangkan pagi hari tanpa keributan tentang disiplin?. Apakah akan seru keluar makan tanpa mengingat-ingat menu kesukaannya?. Apakah akan menyenangkan menghabiskan waktu hanya berdua saja ?. Apakah akan sama rasanya pulang larut malam tanpa terkunci diluar, jika tidak ada Lala yang menghilangkan kunci serep dan tidur duluan?. Sepertinya tidak... I think we just love being mad yet dumbed, as long as she’s fine.

Nyanyian Freedy Johnston ”Love Grows Where My Rosemary Goes” entah bagaimana tiba2 saja mengingatkanku pada Lala.

She ain't got no money…Clothes are kinda funny…Hair is kinda wild and free
Oh, but love grows where my Rosemary goes…And nobody knows like me
She talks kinda lazy…People say she's crazy…And her life's a mystery
Oh, but love grows where my Rosemary goes…And nobody knows like me


Dan seperti pertautan batin, tiba2 saja mampir di monitor HP saya,

1missed call:
Lha2

Wednesday, June 10, 2009

Changes

Malam itu mumy masuk kamar. Aku masih berkaca-kaca, sedikit sembab, dan sengau.
“Mi…aku putus..”
Mumy menghela napas dan tersenyum.
“Mami senang deh, kalo gitu.”
Aku tertawa sebal, sambil merengek didepannya.
”Trus gimana ya, Mi...”
Mumy dan Ayah datang malam itu untuk mengajakku makan malam diluar. Kebetulan menjamu seorang tamu juga. Dan siapa yang mood untuk beramah tamah sedemikian rupa dalam kondisi putus cinta seperti yang kurasakan malam itu?. Aku bergeming. Tapi seorang ibu, selalu punya apa yang paling dibutuhkan saat genting.
”Adek, kalo laki2 putus sama kita, dia yang rugi. Bukan kita.”
Dan senyum pun mengembang, aku beranjak dan memilih gaun malam itu. Menikmati rasanya patah hati, dengan sebuah perayaan makan malam.

***

Sepenggal kisah seru jaman edan yang masih bisa kuingat, kadang menyisakan drama tersendiri. Bahkan jika Mum berbohong malam itu, untuk sekedar membuatku merasa lebih baik, aku akan tetap berterima kasih. Mum tahu betul yang dibutuhkan anak perempuan saat putus cinta hanyalah membesarkan egonya. Ia sedang sedih, sedang tidak ingin tahu tentang benar atau salah. Hanya ingin dipahami rasa nelangsa itu.
Okay, terlepas dari benar atau tidaknya cara ini, tapi, c’mon guys, it works. Dan lagipula, romansa-ku kala itu tak ubahnya lagu. Habis diujung liriknya. Seterusnya, putar lagu lain.


Tujuh tahun kemudian, saat menulis postingan ini, saya tersenyum-senyum. Apa yang membuat tersenyum, saya juga ndak tahu. Entah lucu atau bagaimana. Yang pasti, tidak ada pikiran untuk menangis seperti malam itu. Lalu saya tertegun. Hey... betapa silly!. Tidak pernah terlintas di benak saya malam itu, bahwa suatu hari, tujuh tahun kemudian, saat saya harus mengingat kembali semua pristiwa itu, saya melakukannya tanpa menangis. Bahkan tanpa merasa sedih yang tersisa, apapun. Malahan saya bisa mengingat detil sejarah putus cinta itu sambil tersenyum dan (sedikit) tertawa (merasa konyol).
Kalo saja malam itu saya bisa berpikir, tenang din..semua ini hanya akan jadi sejarah. Suatu hari kau bahkan akan bisa mengingatnya dengan tawa. Tentu tak perlulah saya kuras habis2an air mata. Haha, ini tidak solutif, okay sudahlah...


Inilah yang menarik, bahwa manusia ternyata punya potensi yang sangat besar untuk berubah. Saya bicara dalam aspek pikiran dan tindakkan. Tidak ada yang serba stagnan. Apa yang saya pikirkan hari ini, bisa jadi tidak saya pahami esok hari. Hal-hal yang tadinya terasa begitu penting, bisa jadi kehilangan maknanya suatu saat. Sebagaimana makna ”Kehilangan Pacar” yang tujuh tahun lalu membuat dunia saya runtuh seketika, kini hampir tidak saya rasakan efeknya selain romansa sejarah.


Ternyata memang, semua dapat berubah. Baik kita, maupun keadaan, dan hal-hal diluar diri kita. Mendung tidak selamanya. Panas terik juga tidak selamanya. Yang patah akan tumbuh. Yang hilang akan berganti. Dan hal-hal disekitar diri akan mempengaruhi kita lebih dominan dalam merespon satu pristiwa. Kemudian perubahan diri kita tadi akan membawa perubahan pada hal-hal disekitar kita. Dan begitu seterusnya.


Sebuah hakekat perubahan, sebenarnya. Sedangkan masalah kecenderungan (berubah) naik atau (berubah) turun, adalah masalah lain (yang mengikutinya). Teringat perkataan Rasulullah Saw agar tiap hari kita membuat peningkatan. Hari ini lebih baik dari kemarin. Dan Besok lebih baik lagi dari hari ini. Inilah yang kita pahami dengan lebih baik, bukan?

Pengetahuan tentang hakekat perubahan, yang sejauh ini banyak membantu saya dalam mengatasi masalah. Tak terkecuali masalah perasaan. Jadi kalau sedang sedih, atau gagal, atau takut dan cemas, saya berhenti sejenak dan memikirkan, tenang din..semua ini hanya akan jadi sejarah. Suatu hari kau bahkan akan bisa mengingatnya dengan tawa. Membawa diri saya lebih santai menjemput solusi.


***
Untuk romansa sejarah yang modelnya terus berulang dalam hidup gue. Sebetulnya malam itu tidak terlalu buruk. Si tamu Ayah ternyata masih anak muda juga. Dan tampaknya ada yang membocorkan rahasia malam itu, sehingga di mobil ia sibuk menjahili, ada yang lagi patah hati nih...
Huh, bicara soal sopan santun dan ramah tamah jamuan makan malam...^^