Pages

Saturday, January 17, 2009

Alan, Seno, Palestina, dan Aku

Saya terengah-engah membaca buku Alan Greenspan; Abad Prahara. Buku itu tebal betul. Tebal mungkin bukan masalah utamanya. Masalahnya adalah harganya yang cukup mahal membuat saya rada mikir untuk membelinya bulan ini (akhirnya saya suka menyalahkan diri, etos menabungnya kacau). Tidak mampu beli, saya memilih membacanya di perpustakaan; tempat yang selalu membuat saya betah berlama-lama didalamnya. Tapi tahu sendiri-lah, namanya juga perpus, jadi kegiatan membaca gak bisa seenak di kamar sendiri. Contohnya saat perpus sudah mendekati waktu tutup, padahal saya baru habisin kurang dari dua bab. Mau ngebut, tapi malah nda konsentrasi, ugh, sebel!. Dan inilah yang saya benci, rasa penasaran yang begitu menggoda untuk melahap habis isinya. Apa daya, it doesn’t belong to me. Jadilah sore itu pulang dengan gondok. Kalau lagi membaca, kepala saya dipenuhi berbagai hal. Seperti pentas yang di tayangkan. Seperti puzzle yang belum lengkap dan saya asyik menyusunnya. Seperti meninggalkan tempat saya berpijak dan jalan-jalan ke tempat yang jauh. Jadi bayangkan jika harus berhenti tanpa kita hendaki, gondok kan?

Ohya pembaca, saya juga sedang menikmati buku2 Seno Gumira Ajidarma (SGA). Gara-gara amanah yang diserahkan redaksi pada saya untuk mengasuh rubrik baru: Surat Kaleng. Rubrik itu kurang lebih memuat format yang sama dengan apa yang pernah dibuat SGA di kolam majalah Jakarta Jakarta; rubriknya bernama Serat dari Palmerah. Kumpulan rubrik yang pernah dimuat itu diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul yang sama. Demi mendalami gaya kritis-kocak yang diusung sebagai image Surat Kaleng, saya bela-belain berburu buku (langka) tersebut. Nemu di toko tinggal 3 biji, senang bukan kepalang. Saya berencana membuat postingan yang akan mencoba format itu kapan2. Kapan2 yah..! Eh, kapan ya, kapan2 itu?? Nah, itulah pokoknya.
Dalam Serat dari Palmerah, saya berkenalan dengan sosok SUKAB. Tampak bagi saya, dia ini hanya kambing hitam SGA untuk membuat sindiran2nya terhadap politikus terdengar lebih kocak. Dalam buku itu, Sukab sendiri nda jelas siapa. Entah pria atau wanita. Entah orang jahat atau baik. Kadang tampak kaya. Kadang tampak miskin, minta dana, jual kaos, dan sebagainya. Namun entah kenapa saya malah terhibur dengan tokoh Sukab ini. Saya bahkan hanya membaca kisah Sukab di lembar demi lembar surat SGA itu. Lalu menjadikannya lelucon bersama sahabatku.
Sahabat baikku, kadang suka saya panggil Ny. Sukab, ha3. Saking berpengaruhnya lelucon itu bagi kami. Naah.. mulai postingan berikutnya, saya akan menyelipkan kisah Ny. Sukab dalam cerita. Kenyataannya, Ny. Sukab bukanlah kambing hitam, dia memang mewarnai keseharian saya, kok. Dia sahabat yang saya rahasiakan identitasnya. Boleh, doong, Pak Seno, yah?? Itung2, buat saya latihan gaya menulis rubrik baru tersebut.

Baiklah, ini sudah Januari 2009. Akhir2 ini saya berdiskusi banyak tentang konflik internasional yang meresahkan hampir seluruh masyarakat dunia. Pembantaian Gaza oleh Israel. Saya bersyukur jika banyak yang ’melek’ dengan isu ini. Apapun alasan mereka untuk peduli; pelanggaran HAM, keadilan, penjajahan, kebrutalan, perdamaian, anak-anak, ekonomi, kesejahteraan, politik, sejarah, agama, syariat, apapun itu, dan mereka berkata, ”Hentikan perang!”, saya berdoa semoga Allah menyempurnakan amal baik mereka hingga hari akhir kelak. Tidak akan sia2, pembelaan kita terhadap warga gaza yang tertindas, Allah Maha Tahu.

Saya sedang berusaha keras, menyelesaikan segala sesuatunya. Agar roda2 tetap berputar. Agar lahan2 tetap tergarap. Agar pintu2 dakwah tetap disana. Allah Maha Tahu, dan kita manusia berikhtiar dengan jihad sebagai amalan.
Saya hanya punya satu diri. Satu kesempatan hidup. Namun berjuta pilihan, berjuta permasalahan. Sungguh menguasai dunia akan jauh lebih mudah, setelah kita mampu menguasai diri sendiri.



Pesan moral: Bacalah buku Alan Greenspan. Buku A. Riawan Amin. Ikuti dengan buku2 yang disebutkan didalamnya atau yang bertema seputar itu. Rekonstruksi teori2 ’mereka yang menyebut diri sebagai penemu’. Carilah banyak data tentang apa yang sedang terjadi. Anda akan terkejut bahwa semua tidak sedang berjalan baik2 saja. Dan nikmatilah malam2 Anda sulit terlelap. Saya hampir berusia 22 tahun. Dan tidak ada yang lebih menggelisahkan tidurku akhir2 ini, melainkan saya belum berbuat banyak.

1 comment:

Muhammad Fajrian Afwan (fajrianafwan@ymail.com) said...

tulisan yang bagus,,saya mendapat pencerahan di sini...