Pages

Tuesday, May 06, 2008

White Guilty, Not Again...

Bismillah…
What a day! Saat saya menulis postingan ini di computer pribadi, saya sedang merasa begitu jemu dengan hal yang menimpa saya malam ini. Awalnya karena malam ini saya (merasa) senggang, jadi menyempatkan diri main ke warnet untuk mem-posting tulisan saya yang terakhir. Sebenarnya saya menghindari main ke warnet dalam empat kondisi:
Pertama, malam hari
Kedua, kalau uang lagi pas-pasan
Ketiga, kalau ‘sekedar’ mengisi waktu senggang
Keempat, kalau dapet yang smoking area

Untuk kondisi yang pertama, kedua, dan ketiga , pada dasarnya karena alasan klasik; kalau sudah on-line, saya bawaannya aji mumpung. Semua yang pengin dilihat, diselesaikan, atau sekedar penasaran akan sesuatau hal, saya rapel jadi satu. Akibatnya on-line bisa lebih dari satu jam. Sangat tidak cocok bagi saya yang sedang berusaha menjaga hijab dengan menaati jam malam akhwat. Juga tidak cocok bagi ongkos yang kadang ngepas banget. Tidak pula cocok untuk kondisi ketiga karena ‘waktu senggang’ sebenarnya hanya ada di angan-angan, bukankah dakwah senantiasa membentuk daftar panjang; menenti untuk diselesaikan. Seharusnya, akan selalu ada amanah untuk diselesaikan dalam konteks hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar on-line. Untuk kondisi keempat, ini kasuistik. Kadang saya maksa juga. Tahan pengap asap rokok demi ngecek puluhan email, cari artikel seru, buat postingan terbaru, dan lain-lain.

Sebuah hobi sekaligus hal yang saya hindari. Aneh, bukan?.

Jadilah saya selalu aware pada diri sendiri kalau hasrat untuk main ke warnet menggoda. Tak terkecuali malam ini. Niat hati hanya ingin ngecek blog seorang kawan lama yang pada salah satu postingannya menceritakan tentang diri saya. (check: wow-smaragdina.blogspot.com). Tak ayal, lupa diri jua…
Ga tanggung-tanggung, pas pulang, gerbang kos sudah digembok dengan manisnya. Masya Allah, Am I terribly late?? Warnet yang begitu dekat (menyatu dengan kost saya, hanya dipisahkan dengan pintu gerbang tinggi bergembok sangat manis pada gagangnya) membuat saya terkadang begitu enteng melangkahkan kaki kesana (dan begitu berat melangkahkan kaki beranjak pulang).
“ Baruuu… saja tutupnya, Mbak,” kata seorang tukang parkir yang telah biasa melihat bapak kos kami menggembok pintu gerbang.

Saya meghela napas, merasa maluuuu… sekali pada bapak itu. Malu pada orang-orang yang lewat. Malu pada Memey yang saya SMS minta bukain gerbang. Malu pada Allah SWT. Beginikah cara saya menutup hari ini? Batin saya ternyata membenci tindakan jasadnya.

Saya tulis, agar menjadi pelajaran. Saya amalkan, semoga menjadi sebuah perbaikan. Insya Allah…

current date; 180408

No comments: